Jumat, 06 November 2015

ASA

Sarang laba-laba menghiasi keempat sudut langit-langit bagai dekorasi kelabu. Jalinan halusnya tak goyah oleh hembusan angin yang menyusup dari ventilasi. Seekor tawon terbang berpusing ria, membenturkan tubuhnya ke sepenjuru ruangan. Tawon gila! Taruhan dia akan terjerat jaring laba-laba sebelum trauma benturan membunuhnya. Kalian pernah mendengar istilah ‘jangan menghitung anak ayam sebelum telurnya menetas’? Tawon itu malah mati tersetrum lampu yang mendadak korslet. Percikan api keemasan mirip kembang api menjadi penampakan sepersekian detik sebelum gelap gulita mencekam.
Dari balkon terlihat pemandangan seluruh kota, untaian mobil sepanjang jalan raya merupakan satu-satunya sumber cahaya yang terlihat. Hingar-bingar sedang melanda tapi tidak ada pengaruhnya bagi telinga yang tuli dan hati yang beku. Gelap di sini, sepi. Mata terpejam, terbayang kehidupan manusia sebelum mengenal api. Bangsa Yunani sangat memuja api, bagi mereka api melambangkan cahaya pengetahuan. Athena mungkin telah melakukan kesalahan dengan memberikan ilmu pada manusia. Ilmu membuat teknologi tapi ciptaan itulah yang mengendalikan kehidupan di bumi saat ini.
Semut adalah binatang yang memiliki keteraturan dalam koloninya. Jika terjadi kebakaran di suatu bangunan, mereka akan berjalan beriringan dalam ritme yang mengalir rapi. Manusia di lain sisi akan terpekur dalam kengerian atau menghambur dalam kebrutalan untuk menyelamatkan diri, tidak peduli apa atau siapa yang menjadi piijakannya. Walau begitu, manusia jangan seperti semut, menjadi pribadi kaku yang terikat akan sistem yang telah terpatri dalam DNA mereka. Tanpa keragaman emosi dan pemikiran maka tidak akan ada Mozart, Shakespeare, atau Galileo. Yang harus dilakukan adalah memupuskan egosentris yang telah menumpuk selama seabad penuh seiring perkembangan zaman dan mainan baru.
Dahulu, ada suku primitif yang mempraktekkan kanibalisme karena percaya bahwa memakan bagian dari seseorang adalah cara untuk menjaga jiwa orang tersebut tetap abadi bahkan dalam kematian. Mereka tidak melakukannya sebagai aksi sadis tak berperikemanusiaan melainkan sebagai perwujudan cinta mereka agar orang tersebut bisa hidup dalam dirinya, dengan menyerap kebaikan dan kemampuan orang tersebut, lambang pertahanan eksistensinya. Sekarang, manusia saling memakan dengan cara yang berbeda. Bukan dagingnya yang dimakan, bukan darahnya yang diminum tapi jiwanya yang digerogoti dan hatinya yang dicabik. Tidak ada cinta di dalamnya, predator yang ada sekarang menghalalkan segala cara untuk memuaskan kelaparannya.
Aneh manusia lapar padahal makanannya sudah cukup, minuman juga melimpah dari langit dan dari tanah. Ada rumah untuk bernaung dan kehangatan yang menyelimuti tubuh. Ternyata semua itu masih belum cukup untuk hidup di era yang baru. Mendadak begitu banyak hal yang dibutuhkan atau diinginkan walau tidak diperlukan, awal mula dari bentuk kelaparan yang lain. Hiruk-pikuk dunia modern memberikan ancaman yang selalu mengintil di tengah segala kenyamanan yang ditawarkan.
Berlari ke pedalaman asing dimana udaranya masih bersih, konstelasi di langit terlihat jelas pada malam hari, paginya dibangunkan oleh suara jangkrik dan cicitan burung yang terbang dari dahan begitu tirai jendela dibuka. Menyusuri taman bunga, kembang-kembang besar berwarna-warni mekar dengan sempurna. Setangkai bunga menunduk lesu di rerimbunan, hampir mati. Bunga biru kecil itu tersembunyi oleh keindahan yang menonjol dari semerbak bunga lainnya. Tapi dia ada di sana, menunggu untuk ditemukan. Tangkainya hampir layu dan kelopaknya masih menguncup, tetapi keras kepala untuk bertahan. Warna biru cerahnya, satu-satunya biru di tempat itu, akan sirna setelah kepergiannya. Biru kecil seolah berkata ‘jangan lupakan aku’.
Hujan turun mengguyur taman, menyebarkan aroma basah yang manis, harapan untuk melanjutkan kehidupan. Senyum mengembang, masih ada asa. Biru kecil, bertahanlah di sana! Tidak ada yang akan melupakanmu. Setidaknya satu orang bisa diandalkan untuk terus mengingatmu. Sama halnya dengan kehidupan manusia. Seterpuruk apa pun mereka, sejauh mana pun mereka terjungkal, selama seseorang masih menyimpan keyakinan dalam dirinya, selalu ada harapan di sana. Asa untuk masa depan yang lebih baik. Masa depan tidak bisa diramal, hanya bisa disongsong untuk melihat kebenarannya. Dengan asa, buatlah masa depan yang bahagia.


Tidak ada komentar:

Referral Code Kredivo

 Kredivo adalah kartu kredit digital berupa aplikasi di smartphone yang memberikan kamu kemudahan untuk beli sekarang dan bayar nanti dalam...