Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
Fitokimia berasal dari kata “ Phytochemical”. ‘Phyto’ berarti tumbuhan atau tanaman dan ‘chemical’ sama dengan zat kimia, Jadi Fitokimia adalah zat aktif dalam tanaman yang memberikan warna, rasa, bau, dan perlindungan terhadap penyakit pada tanaman. Fitokimia bekerja sebagai antioksidan kuat, yang dapat meningkatkan pertahanan tubuh kita terhadap penyakit dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Sebagian besar penelitian yang dilakukan berfokus pada efek anti kanker dari fitokimia, hasilnya sama pentingnya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau mencegah penuaan. Para ilmuwan di Human Nutrition Research Center on Aging (HNRC) memberi nilai pada 60 buah-buahan dan sayuran yang berpotensi menjadi antioksidan, yang bisa menstabilkan sel dan membantu melawan kerusakan akibat radikal bebas dan molekul yang melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Antioksidan dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung dan kondisi lain yang merugikan kesehatan. Buah dengan skor tertinggi dalam studi HNRC adalah blueberry, kemudian stroberi, plum, dan kismis.
Banyak dari antioksidan juga memiliki sifat anti-inflamasi, dan beberapa lagi memiliki kemampuan alami mengurangi kadar kolesterol darah. Maka, sangat penting untuk mengisi diet Anda dengan makanan yang berwarna-warni. Makanlah buah dan sayuran berwarna biru, merah, ungu, oranye, kuning, dan hijau. Berikut ini sumber makanan yang mengandung fitokimia:
- Buah-buahan: Apel, aprikot, alpukat, pisang, ceri, jeruk, anggur, kiwi, lemon, mangga, melon, jeruk, pepaya, persik, pir, dan plum.
- Serealia: jagung, gandum, quinoa, beras merah, dan benih gandum.
- Kacang-kacangan dan Biji-bijian: Flaxseed, macadamia, pecan, biji wijen, dan walnut.
- Sayuran:: Asparagus, buncis, bit, brokoli, kubis brussel, kol, wortel, seledri, kembang kol, jagung, terung, sayuran hijau gelap dan selada, jamur, bawang, kacang hijau dan kering, cabe, kentang, labu, kedelai, selada air, musim dingin labu, tomat, dan lainnya.
Secara garis besar, senyawa fitokimia diklasifikasikan menjadi :
1. Fitokimia Karotenoid
2. Fitokimia Fitosterol
3. Fitokimia Saponin
4. Fitokimia Glukosinolat
5. Fitokimia Polifenol
6. Fitokimia Inhibitor protease
7. Fitokimia Monoterpen
8. Fitokimia Fitoesterogen
9. Fitokimia Sulfida
10. Fitokimia Asam Fitat
11. Fitokimia lainnya
Dalam menentukan senyawa fitokimia yang terkandungan dalam suatu tanaman atau tumbuhan, maka dikenal istilah Uji fitokimia. Uji fitokimia dilakukan untuk menentukan golongan senyawa aktif dari ekstrak tumbuhan . Uji fitokimia yang sering dilakukan yaitu uji polifenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid, steroid, saponim dan flavonoid.
A. Uji polifenol
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru-hitam.
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru-hitam.
B. Uji kuinon
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan NaOH 2N. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah.
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan NaOH 2N. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah.
C. Uji alkaloid
Ekstrak ditambah kloroform dan asam sulfat secara berurutan kemudian dikocok. Larutan didiamkan hingga kloroform dan asam sulfat memisah. Lapisan asam (bagian atas) diteteskan pada pelat tetes dan diuji dengan reagenWagner (kalium tetraidomerkurat) dan reagen Dragendorff (kalium tetraidobismutat). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan coklat kemerahan pada reagen Dragendorff dan warna coklat pada reagen Wagner.
Ekstrak ditambah kloroform dan asam sulfat secara berurutan kemudian dikocok. Larutan didiamkan hingga kloroform dan asam sulfat memisah. Lapisan asam (bagian atas) diteteskan pada pelat tetes dan diuji dengan reagenWagner (kalium tetraidomerkurat) dan reagen Dragendorff (kalium tetraidobismutat). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan coklat kemerahan pada reagen Dragendorff dan warna coklat pada reagen Wagner.
D. Uji triterpenoid, steroid dan saponim
Ekstrak diuapkan, ditambah kloroform dan dikocok kuat-kuat. Terbentuknya busa yang stabil selama 30 menit menandakan adanya saponim dalam Ekstrak. Ekstrak yang sudah ditambah dengan kloroform, ditambah dengan asam klrida 2N kemudian disaring. Lapisan atas diuji dengan reagen Liebemann Bucchard. Hasil positif triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah. Sedangkan hasil positif steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau-biru.
Ekstrak diuapkan, ditambah kloroform dan dikocok kuat-kuat. Terbentuknya busa yang stabil selama 30 menit menandakan adanya saponim dalam Ekstrak. Ekstrak yang sudah ditambah dengan kloroform, ditambah dengan asam klrida 2N kemudian disaring. Lapisan atas diuji dengan reagen Liebemann Bucchard. Hasil positif triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah. Sedangkan hasil positif steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau-biru.
E. Uji flavonoid
Ekstrak diuji dengan tiga jenis ereaksi yang berbeda yaitu NaOH, asam sulfat pekat dan Mg-HCL. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pereaksi disesuaikan dengan tabel reaksi warna flavonoid
Ekstrak diuji dengan tiga jenis ereaksi yang berbeda yaitu NaOH, asam sulfat pekat dan Mg-HCL. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pereaksi disesuaikan dengan tabel reaksi warna flavonoid
Dalam bidang keilmuan, fitokimia adalah bagian dari ilmu farmakognonosi yang mempelajari sistematika tumbuhan obat mulai dari segi anatomi, morfologi, senyawa metabolit (kimia, protein) dan genetik, kultur jaringan tanaman/hewan, ekstraksi, isolasi, struktur elusidasi senyawa metabolit beserta aktivitasnya, standarisasi bahan dan formulasi obat tradisional.
Sumber:
* http://www.ikatanapotekerindonesia.net/articles/pharmacy-newsflash/476-fitokimia-mencegah-penyakit-degeneratif.html
2. Cairan Penyari (Solvent) berdasarkan tingkat kepolaran dan titik didih
Tingkat kepolaran pelarut ( yang digunakan sebagai cairan penyari dalam berbagai praktikum fitokimia ) diurutkan berdasarkan konstanta dielektrik dari senyawa tersebut. Semakin besar konstanta elektriknya, berarti semakin besar pula tingkat kepolarannya. Berikut adalah tingkat kepolaran cairan penyari disertai dengan Rumus kima, Ttik didih, Konstanta Dielektrik dan massa jenisnya !
Solvent
| ||||
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
|
69 °C
|
2.0
|
0.655 g/ml
| |
C6H6
|
80 °C
|
2.3
|
0.879 g/ml
| |
C6H5-CH3
|
111 °C
|
2.4
|
0.867 g/ml
| |
CH3CH2-O-CH2-CH3
|
35 °C
|
4.3
|
0.713 g/ml
| |
CHCl3
|
61 °C
|
4.8
|
1.498 g/ml
| |
CH3-C(=O)-O-CH2-CH3
|
77 °C
|
6.0
|
0.894 g/ml
| |
/-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O-\
|
101 °C
|
2.3
|
1.033 g/ml
| |
Tetrahidrofuran (THF)
|
/-CH2-CH2-O-CH2-CH2-\
|
66 °C
|
7.5
|
0.886 g/ml
|
Diklorometana (DCM)
|
CH2Cl2
|
40 °C
|
9.1
|
1.326 g/ml
|
CH3-C(=O)-CH3
|
56 °C
|
21
|
0.786 g/ml
| |
Asetonitril (MeCN)
|
CH3-C≡N
|
82 °C
|
37
|
0.786 g/ml
|
Dimetilformamida (DMF)
|
H-C(=O)N(CH3)2
|
153 °C
|
38
|
0.944 g/ml
|
Dimetil sulfoksida (DMSO)
|
CH3-S(=O)-CH3
|
189 °C
|
47
|
1.092 g/ml
|
CH3-C(=O)OH
|
118 °C
|
6.2
|
1.049 g/ml
| |
CH3-CH2-CH2-CH2-OH
|
118 °C
|
18
|
0.810 g/ml
| |
Isopropanol (IPA)
|
CH3-CH(-OH)-CH3
|
82 °C
|
18
|
0.785 g/ml
|
CH3-CH2-CH2-OH
|
97 °C
|
20
|
0.803 g/ml
| |
CH3-CH2-OH
|
79 °C
|
30
|
0.789 g/ml
| |
CH3-OH
|
65 °C
|
33
|
0.791 g/ml
| |
H-C(=O)OH
|
100 °C
|
58
|
1.21 g/ml
| |
H-O-H
|
100 °C
|
80
|
1.000 g/ml
|
Sumber : www.wikipedia/wiki/pelarut